Aku adalah ratu dari pikiranku dan perasaanku sendiri, maka akulah yang mengendalikan pikiran dan perasaan aku sendiri

Kamis, 14 Maret 2019

Jadilah Wanita Yang Tahu Diri

"Jadilah wanita yang tau diri...." begitu pesan SMS ibu pagi ini.

"Ada apa ibu?" balas SMS ibu.

Sedikit tak sabar menunggu balasan dari ibu, segera aku telpon ibu.

"Assalamualaykum..... " suara ibu yang selalu kurindu.

"Waalaykumsalam.... ibu ada apa? mengapa mengirim pesan seperti itu?" tanyaku

"Harusnya ibu yang bertanya, kamu kenapa tadi pagi?" suara ibu masih datar.

"Mas ngadu apa?" aku sudah mulai geregetan sebenarnya, namun aku harus menahan mengingat ibu adalah pahlawan buatku, bagaimanapun beliau.

"Tadi pagi aku ... ribut sedikit dengan mas kok, ga ada apa apa..." ceritaku

"jadi wanita itu harus tau diri nak... Mas yang kau kenal hitungan bulan... mau menanggung dosamu, menjadi imammu, mau menafkahi kamu padahal sebelumnya tidak mengenal dan bahkan mas juga tidak tahu apakah denganmu bahagia atau tidak?" kata kata ibu.... selalu menjadi ajimat sakti buatku.

"ibu.... " kataku..

"iya....? "jawab ibu. "Apakah kamu pikir dengan kamu bekerja mendapatkan gaji lalu gugur semua kewajibanmu terhadap suamimu? apakah kamu lupa bahwa izinnya kamu bisa bekerja, dapat uang, bisa beli barang kesukaan dengan uang sendiri, walaupun suamimu pasti bisa membayarkannya tapi... ibu tau sebuah kebanggan buatmu dapat membeli barang dengan uangmu sendiri..." kembali ibu menasihati dan aku terdiam.

"ibu...." suara serak kali ini tak sengaja mengiringi air mata ini.

"Buatmu mungkin sepele, tapi... tidak buat ibu. jaga nama baik keluarga dengan menjadi isteri yang sholehah ya nak. suamimu oarang hebat, bertanggung jawab, pekerja keras seperti bapakmu... jaga pernikahan ini hingga maut memisahkan... mengalah lah, berbesar hati lah" suara ibu denngan nada merendah.

"iya bu, terima kasih sudah mengingatkan, mmm mas cerita apa sama ibu?" selidikku.

"mas cuma nanya gimana caranya meredakan kamu yang lagi ngambek, nangis....dia kebingungan...kasihan... minta maaflah kepadanya nak... ridho suami penerang jalanmu" nasihat ibu diakhir telpon.

"iya ibu.. ibu kapan pulang ke jakarta? tanyaku

"nanti ibu beri tahu ya, kalau urusan sudah selesai, ya sudah dulu ya... kamu baik baik di Jakarta" suara ibu mengakhiri telpon pagi itu.

"mas, maafkan aku ya...." pesan kukirim lewat WA ke mas ku

Tak ada balasan hanya contreng satu.

"Mas, nanti aku belikan tongseng kambing kesukaanmu ya, kita makan bareng di rumah ya..." kembali pesan ku tulis.

Dan hanya contreng satu. Aku mulai panik. Ku putuskan untuk menelpon dan tidak aktif.

"Mas.... are you oke?" tanyaku melalui pesan .

Akhirnya aku telpon kantornya, dan menurut teman sekantornya dia tidak terlihat. Ah... serius aku khawatir...

Kamu dimana, mas.....

Selepas salat dzuhur, notifikasi WA ada balasan dari mas ku...

"aku juga minta maaf ya... nanti aku jemput kita makan di luar ya... jam 6 aku sampai di kantormu, smoga ga macet ya....I love you" begitu pesannya.....

Ah...... Alhamdulillah.....

I love you too (bisikku dalam hati)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar